Jumat, 24 Maret 2017

tugas softsill tulisan

Nama         : Oivia Cesarria
NPM : 18514343
“TULISAN
Contoh Kasus Humanistik

Seorang mahasiswa baru berinisial A.D.I kesulitan menyesuaikan diri sebagai mahasiswa. A.D.I, berusia 19 tahun, mahasiswa tingkat 2, mengalami ancaman DO. Dari hasil evaluasi  beberapa semester pertama, ternyata nilai dari semua mata kuliah yang di ambilnya tidak memenuhi persyaratan lulus ke tingkat 2.
Seorang teman dari jursan lain N.J memebritahu satu hal dengan tujuan agar A.D.I  bisa mengejar nilainya, dengan belajar yang lebih alkifagartidak terancam DO.
Dari hasil evaluasi 4 mata kuliahnya, A.D.I memperoleh beberapa nilai C dan nilai D. Dia sangat menyadari bahwa dia akan sulit untuk mendapat nilai yang baik untukbeberapa mata kuliahnya tersebut.
Kenyataannya ini membuat A.D.I merasa sangat stress, hingga kadang dia merasaingin bunuh diri, karena merasa takut gagal.Dalam pergaulan dengan teman-temannya A.D.I selalu merasa minder. Ketika kuliah di kelas besar, dia selalu memilih duduk di barisan yang paling belakang dan dia jarang bergaul dengan teman-temanseangkatannya. Dia selalu merasa dirinya tertinggal, karena menurutnya A.D.I selalu berpikir negatif tentang dirinya.
Akibatnya A.D.I selalu menyendiri dan lebih senang berada menyendiri dan langsung pulang ke rumah jika selesai kuliah daripada bergaul dengan teman-temannya.A.D.I lebih nyaman ketika masih duduk di bangku SMA, dimana kelasnya lebih kecil dan hubungan di antara siswa di rasakannya lebih akrab.
Di rumah A.D.I, merupakan anak ke 2 dari dua bersaudara (keduanya Lelaki). Kakaknya berusia 2 tahun lebih tua darinya, dan mempunyai prestasi akademis yang cukup “cemerlang” di setiap yang dia lakukan. Walaupun orangtua tidak pernah membandingkan kemampuan ke dua anaknya, tetapi A.D.I merasa bahwa kakaknya mempunyai kelebihan di segala bidang, di bandingkan dengan dirinya.

Teknik Terapi

Tehnik yang digunakan adalah systematic desentisitization, yaitu mengurangi kecemasan dengan menggunakan konsep hirarkhi ketakutan, menghilangkan ketakutan secara perlahan-lahan mulai dari ketakutan yang sederhana sampai ke hal yang lebih kompleks.

Pemberian reinforcement (penguat) juga dapat digunakan dengan secara tepat memberikan variasi yang tepat antara pemberian reward – jika ia memperlihatkan perilaku yang mengarah keperubahan ataupun punishment – jika tidak ada perubahan perilaku atau justru menampilkan perilaku yang bertolak belakang dengan rencana perubahan perilaku.

TUGAS SOFTSKILL

Nama                    : Olivia Cesarria
NPM                    : 18514343

Tugas

       I.            Pengertian psikoterapi, Menurut Lewis R. Worberg M.D dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alatalat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan: menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif. Sedangkan menurut Corsini ( 1989 ) psikoterpai adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapin ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak.

Tujuan psikoterapi adalah pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.

Unsur psikotrapi, Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1.     Peran sosial (martabat) psikoterapis,
2.     Hubungan (persekutuan terapeutik),
3.     Hak,
4.     Retrospeksi,
5.     Re-edukasi,
6.     Rehabilitasi,
7.     Resosialisasi dan rekapitulasi.
Perbedaan Antara Konseling Dengan Psikoterapi, Apabila kita tinjau dari definisi kedua permbahasan tersebut konseling Menurut Schertzer dan Stone (1980) Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Sedangkan psikoterapi menurut Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Dari dua definisi di atas kita bisa tarik kesimpulan mengenai dua pembahasan tersebut bahwa konseling lebih terfokus pada interaksi antara konselor dan konseli dan lebih mengutamakan pembicaraan serta komunikasi non verbal yang tersirat ketika proses konseli berlangsung dan semacam memberikan solusi agar konseli dapat lebih memahami lingkungan serta mampu membuat keputusan yang tepat dan juga nantinya konseli dapat menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya.
Pendekatan terhadap mental illnes menurut J.P. Chaplin, yaitu:
a.     Biological, Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b.     Psychological, Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c.      Sosiological, Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d.     Philosophic, Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
    II.            Terapi psikoanalisis
Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
1.     Struktur kepribadian
a.     Id
b.     Ego
c.      Super Ego
2.     Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik
3.     Kesadaran & ketidaksadaran
Konsep ketidak sadaran:
a.     Mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
b.     Salah ucap / lupa terhadap nama yg dikenal
c.      Sugesti pascahipnotik
d.     Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
e.      Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
4.     Kecemasan
Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya. 3 macam kecemasan:
a.     Kecemasan realistis
b.     Kecemasan neurotic
c.      Kecemasan moral

Unsur-Unsur Terapi
1.     Muncul gangguan
Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan  dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2.     Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari          apabila klien mengalami problem yang sama maka klien akan lebih siap.
   
3.     Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan    dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.

Teknik-Teknik  Terapi
a.     Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan teknik utama terapi psikoanalitik. Analis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya. Dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas adalah klien berbaring diatas balai-balai sementara analisi duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi nya mengalir bebas. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan melepas emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis.
b.     Analisis Transferensi
Transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Transferensi dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tidak selesai” dimasa lalu klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang. Analisis trasferensi adalah teknik yang utama dalam psi
koanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi dan deprivasi dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Singkatnya, efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.
c.      Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan mengingat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan yang direpresi itu. Resistensi bekerja dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien.
d.     Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan melemah dan perasaa yang direpresi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi sebagai “jalan istimewa menju ketidaksadaran” karena melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diungkapkan. Mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten dan isi manifes.

 III.            Terapi Humanistik Eksistensial
Konsep dasar teori Humanis Eksistensial tentang kepribadian
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai problema yang unik dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme, manusia adalah hal yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari penuh akan keberadaannya. Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren Kierkegarrd, Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, Camus, Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi para ahli psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi psikologi humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep kemenjadian (becoming).
          Unsur- unsur terapi, yaitu:
Tujuan eksistensial-humanistik:
a.     Agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi.
b.     Meluaskan kesadaran diri klien dan meningkatkan kesanggupan pilihannya.
c.      Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.

Teknik- teknik terapi, yaitu:
a.     Penerimaan
b.     Rasa hormat
c.      Memahami
d.     Menentramkan
e.      Memberi dorongan
f.       Pertanyaan terbatas
g.     Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
h.     Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
i.       Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

IV.            Person Centered Therapy (Rogers)
Konsep dasar pandangan Rogers tentang kepribadian
Rogers adalah seorang psikoterapist yang melibatkan peneliti kedalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940an membuka sesi klien yang masih tabu dicermati oleh orang lain. Dengan cara itu orang mulai belajar tentang hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya. Model terapi yang dikembangkan oleh Rogers lebih dikenal dengan sebutan client centered.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien. Terapis juga harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. Rogers memandang proses terapeutik sebagai model dari hubungan interpersonal, hal inilah yang mendasari ia memformulasikan teori tentang hubungan interpersonal yang diringkas sebagai berikut:
a.    Minimal dua orang yang bersedia terjadinya kontak.
b.    Masing-masing  mampu dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c.    Berhubungan terus menerus dalam beberapa jangka waktu.
Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib. Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan terapis.

Unsur- unsur terapi, yaitu:
a.     Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
b.     Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
                   
   Teknik- teknik terapi, yaitu:
a.     Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi.
b.     Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami.
c.    Konselor memungkinkan klien untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri, dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya

REFERENSI

TUGAS SOFTSKILL

Nama                    : Olivia Cesarria
NPM                    : 18514343

Tugas

       I.            Pengertian psikoterapi, Menurut Lewis R. Worberg M.D dalam bukunya yang berjudul The Technique Psychotherapy, mengatakan psikoterapi adalah perasaan dengan menggunakan alatalat psikologi terhadap permasalahan yang berasal dari kehidupan emosional dimana seorang ahli secara sengaja menciptakan hubungan profesional dengan pasien yang bertujuan: menghilangkan, mengubah atau menurunkan gejala-gejala yang ada. Memperantarai (perbaikan) pola tingkah laku yang rusak. Meningkatkan pertumbuhan serta perkembangan kepribadian yang positif. Sedangkan menurut Corsini ( 1989 ) psikoterpai adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapin ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan pada salah satu dari kedua pihak.

Tujuan psikoterapi adalah pendekatan Rogerian, terpusat pada pribadi, menurut Ivey, et al (1987): untuk memberikan jalan terhadap potensi yang dimiliki seseorang menemukan sendiri arahnya secara wajar dan menemukan dirinya sendiri yang nyata atau yang ideal dan mengeksplorasi emosi yang majemuk serta memberi jalan bagi pertumbuhannya yang unik.

Unsur psikotrapi, Masserman (Karasu 1984) telah melaporkan tujuh “parameter pengaruh” dasar yang mencakup unsur-unsur lazim pada semua jenis psikoterapi. Dalam hal ini termasuk :
1.     Peran sosial (martabat) psikoterapis,
2.     Hubungan (persekutuan terapeutik),
3.     Hak,
4.     Retrospeksi,
5.     Re-edukasi,
6.     Rehabilitasi,
7.     Resosialisasi dan rekapitulasi.
Perbedaan Antara Konseling Dengan Psikoterapi, Apabila kita tinjau dari definisi kedua permbahasan tersebut konseling Menurut Schertzer dan Stone (1980) Konseling adalah upaya membantu individu melalui proses interaksi yang bersifat pribadi antara konselor dan konseli agar konseli mampu memahami diri dan lingkungannya, mampu membuat keputusan dan menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya sehingga konseli merasa bahagia dan efektif perilakunya.
Sedangkan psikoterapi menurut Wolberg (1967 dalam Phares dan Trull 2001), mengungkapkan bahwa psikoterapi merupakan suatu bentuk perlakuan atau tritmen terhadap masalah yang sifatnya emosional. Dengan tujuan menghilangkan simptom untuk mengantarai pola perilaku yang terganggu serta meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi yang positif.
Dari dua definisi di atas kita bisa tarik kesimpulan mengenai dua pembahasan tersebut bahwa konseling lebih terfokus pada interaksi antara konselor dan konseli dan lebih mengutamakan pembicaraan serta komunikasi non verbal yang tersirat ketika proses konseli berlangsung dan semacam memberikan solusi agar konseli dapat lebih memahami lingkungan serta mampu membuat keputusan yang tepat dan juga nantinya konseli dapat menentukan tujuan berdasarkan nilai yang diyakininya.
Pendekatan terhadap mental illnes menurut J.P. Chaplin, yaitu:
a.     Biological, Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
b.     Psychological, Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
c.      Sosiological, Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
d.     Philosophic, Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
    II.            Terapi psikoanalisis
Konsep dasar teori psikoanalisis tentang kepribadian
1.     Struktur kepribadian
a.     Id
b.     Ego
c.      Super Ego
2.     Pandangan tentang sifat manusia
Pandangan freud tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministik, mekanistik dan reduksionistik
3.     Kesadaran & ketidaksadaran
Konsep ketidak sadaran:
a.     Mimpi-mimpi merupakan representative simbolik dari kebutuhan-kebutuhan, hasrat-hasrat konflik
b.     Salah ucap / lupa terhadap nama yg dikenal
c.      Sugesti pascahipnotik
d.     Bahan-bahan yang berasal dari teknik-teknik asosiasi bebas
e.      Bahan-bahan yang berasal dari teknik proyektif
4.     Kecemasan
Adalah suatu keadaan yg memotifasi kita untuk berbuat sesuatu
Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya. 3 macam kecemasan:
a.     Kecemasan realistis
b.     Kecemasan neurotic
c.      Kecemasan moral

Unsur-Unsur Terapi
1.     Muncul gangguan
Terapis berusaha memunculkan penyebab-penyebab yang menjadi akar permasalahan  dari klien, untuk lebih mengenal karakteristik penyebab gangguan tersebut, kemudian terapis memperkuat konidis psikis dari diri klien, shingga apabila klien mengalami gangguan yang serupa diri klien akan lebih siap menghadapi dan mencari solusi dengan cepat.
2.     Tujuan terapi
Terfokus kepada upaya penguatan diri klien, agar dikemudian hari          apabila klien mengalami problem yang sama maka klien akan lebih siap.
   
3.     Peran terapis
Membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan    dalam melaukukan hubungan personal dalam menangani kecemasan secara realistis, membangun hubungan kerja dengan klien dengan banyak mendengar dan menafsirkan, terapis memebrikan perhatian khusus pada penolakan-penolakan klien, mendengarkan kesenjangan dan pertentangan pada cerita klien.

Teknik-Teknik  Terapi
a.     Asosiasi Bebas
Asosiasi bebas merupakan teknik utama terapi psikoanalitik. Analis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran-pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya. Dengan melaporkannya segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas adalah klien berbaring diatas balai-balai sementara analisi duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saat asosiasi nya mengalir bebas. Asosiasi bebas merupakan suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lalu dan melepas emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau yang dikenal dengan katarsis.
b.     Analisis Transferensi
Transferensi merupakan inti dari terapi psikoanalitik. Transferensi dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tidak selesai” dimasa lalu klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang. Analisis trasferensi adalah teknik yang utama dalam psi
koanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi. Ia memungkinkan klien mampu memperoleh pemahaman atas sifat dari fiksasi dan deprivasi dan menyajikan pemahaman tentang pengaruh masa lampau terhadap kehidupannya sekarang. Singkatnya, efek-efek psikopatologis dari hubungan masa dini yang tidak diinginkan dihambat oleh penggarapan atas konflik emosional yang sama yang terdapat dalam hubungan terapeutik dengan analis.
c.      Analisis Resistensi
Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan mengingat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan yang direpresi itu. Resistensi bekerja dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien.
d.     Analisis Mimpi
Analisis mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tidak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan melemah dan perasaa yang direpresi muncul ke permukaan. Freud memandang mimpi sebagai “jalan istimewa menju ketidaksadaran” karena melalui mimpi hasrat, kebutuhan, dan ketakutan yang tidak disadari diungkapkan. Mimpi memiliki dua taraf isi yaitu isi laten dan isi manifes.

 III.            Terapi Humanistik Eksistensial
Konsep dasar teori Humanis Eksistensial tentang kepribadian
Eksistensialisme adalah aliran filsafat yang mempermasalahkan manusia sebagai individu yang dan sebagai problema yang unik dengan keberasaannya. Menurut aliran eksistensialisme, manusia adalah hal yang-mengada-dalam dunia (being in the word) dan menyadari penuh akan keberadaannya. Para filsuf eksistensialisme percaya bahwa setiap individu mengalami kebebasan untuk memilih tindakan, menentukan sendiri nasib atau wujud dari keberadaannya, serta bertanggung jawab atas pilihan dan keberadaannya itu. Sejumlah tokoh dari eksistensialisme ini adalah Soren Kierkegarrd, Nietzsche, Karls Jaspers, Martin Heidegger, Sartre, Merleau-Ponty, Camus, Binswanger, Medard Boss dan Viktor Frankl.
Eksistensialisme ini menarik bagi para ahli psikologi humanistik. Para ahli humanistic pun menekankan bahwa individu adalah penentu bagi tingkah laku dan pengalamannya sendiri. Manusia adalah agen yang sadar, beabas meilih atau menentukan setiap tindakannya.
Konsep penting lainnya bagi psikologi humanistik yang diambil dari eksistensialisme adalah konsep kemenjadian (becoming).
          Unsur- unsur terapi, yaitu:
Tujuan eksistensial-humanistik:
a.     Agar klien mengalami keberadaanya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi.
b.     Meluaskan kesadaran diri klien dan meningkatkan kesanggupan pilihannya.
c.      Membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri.

Teknik- teknik terapi, yaitu:
a.     Penerimaan
b.     Rasa hormat
c.      Memahami
d.     Menentramkan
e.      Memberi dorongan
f.       Pertanyaan terbatas
g.     Memantulkan pernyataan dan perasaan klien
h.     Menunjukan sikap yang mencerminkan ikut mersakan apa yang dirasakan klien
i.       Bersikap mengijinkan untuk apa saja yang bermakna

IV.            Person Centered Therapy (Rogers)
Konsep dasar pandangan Rogers tentang kepribadian
Rogers adalah seorang psikoterapist yang melibatkan peneliti kedalam sesi terapi (memakai tape recorder) yang pada tahun 1940an membuka sesi klien yang masih tabu dicermati oleh orang lain. Dengan cara itu orang mulai belajar tentang hakekat psikoterapi dan proses beroperasinya. Model terapi yang dikembangkan oleh Rogers lebih dikenal dengan sebutan client centered.
Dibandingkan teknik terapi yang ada masa itu, teknik ini adalah pembaharuan karena mengasumsikan posisi yang sejajar antara terapis dan pasien (dalam konteks ini pasien disebut klien). Hubungan terapis-klien diwarnai kehangatan, saling percaya, dan klien diberikan diperlakukan sebagai orang dewasa yang dapat mengambil keputusan sendiri dan bertanggungjawab atas keputusannya. Tugas terapis adalah membantu klien mengenali masalahnya, dirisnya sendiri sehingga akhrinya dapat menemukan solusi bagi dirinya sendiri.
Menurut rogers seorang terapis harus genuine dan tidak bersembunyi dibalik perilaku defensif. Mereka harus membiarkan klien memahami perasaannya sendiri. Terapis juga harus berusaha memahami dunia klien. Terapis juga harus bisa membuat klien merasa nyaman dalam proses terapi. Rogers memandang proses terapeutik sebagai model dari hubungan interpersonal, hal inilah yang mendasari ia memformulasikan teori tentang hubungan interpersonal yang diringkas sebagai berikut:
a.    Minimal dua orang yang bersedia terjadinya kontak.
b.    Masing-masing  mampu dan bersedia untuk menerima komunikasi dari yang lainnya.
c.    Berhubungan terus menerus dalam beberapa jangka waktu.
Menurut Rogers, klien datang kepada konselor dalam keadaan tidak selaras, yakni terdapat ketidakcocokan antara persepsi diri dan pengalaman dalam kenyataan. Pada mulanya, klien boleh jadi mengharapkan terapis akan menyediakan jawaban-jawaban dan pengarahan atau memandang terapis sebagai seorang ahli yang bisa menyediakan pemecahan-pemecahan ajaib. Hal-hal yang mendorong klien untuk menjalani terapi mungkin adalah perasaan tidak berdaya, tidak kuasa dan tidak berkemampuan untuk membuat keputusan-keputusan untuk mengarahkan hidupnya sendiri secara efektif. Klien mungkin berharap menemukan jalan melalui pengajaran dari terapis . bagaimanapun, dalam kerangka client centered klien dengan segera belajar bahwa ia bertanggung jawab atas dirinya sendiri dan bahwa dia bisa belajar lebih bebas untuk memperoleh pemahaman diri yang lebih besar melalui hubungan dengan terapis.

Unsur- unsur terapi, yaitu:
a.     Peran Terapis
Menurut Rogers, peran terapis bersifat holistik, berakar pada cara mereka berada dan sikap – sikap mereka, tidak pada teknik – teknik yang di rancang agar klien melakukan sesuatu. Penelitian menunjukkan bahwa sikap – sikap terapislah yang memfasilitasi perubahan pada klien dan bukan pengetahuan, teori, atau teknik – teknik yang mereka miliki. Terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai instrument perubahan. Fungsi mereka menciptakan iklim terapeutik yang membantu klien untuk tumbuh. Rogers, juga menulis tentang I-Thou. Terapis menyadari bahasa verbal dan nonverbal klien dan merefleksikannya kembali. Terapis dan klien tidak tahu kemana sesi akan terarah dan sasaran apa yang akan di capai. Terapis percaya bahwa klien akan mengembangkan agenda mengenai apa yang ingin di capainya. Terapis hanya fasilitator dan kesabaran adalah esensial.
b.     Tujuan Terapis
Rogers berpendapat bahwa terapis tidak boleh memaksakan tujuan – tujuan atau nilai – nilai yang di milikinya pada pasien. Fokus dari terapi adalah pasien. Terapi adalah nondirektif, yakni pasien dan bukan terapis memimpin atau mengarahkan jalannya terapi. Terapis memantulkan perasaan – perasaan yang di ungkapkan oleh pasien untuk membantunya berhubungan dengan perasaan – perasaanya yang lebih dalam dan bagian – bagian dari dirinya yang tidak di akui karena tidak diterima oleh masyarakat. Terapis memantulkan kembali atau menguraikan dengan kata – kata pa yang di ungkapkan pasien tanpa memberi penilaian.
                   
   Teknik- teknik terapi, yaitu:
a.     Konselor menciptakan suasana komunikasi antar pribadi yang merealisasikan segala kondisi.
b.     Konselor menjadi seorang pendengar yang sabar dan peka serta dapat meyakinkan klien bahwa dia diterima dan dipahami.
c.    Konselor memungkinkan klien untuk mengungkapkan seluruh perasaannya secara jujur, lebih memahami diri sendiri, dan mengembangkan suatu tujuan perubahan dalam diri sendiri dan perilakunya

REFERENSI