Tugas
Logoterapi
Frankl
Konsep Dasar Pandangan Frankl Tentang
Perilaku Kepribadian
Pandangan
Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti.
Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur.
Frankl berpendapat manusia harus dapat
menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk
memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu
adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah
prinsip utama teori Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar,
yakni
Kebebasan
berkehendak (Freedom of Will)
Dalam
pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai
kebebasan. Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
a) Kebebasan
yang bertanggungjawab.
b) Kebebasan
untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi- kondisi tersebut.
c) Kebebasan
untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Kehendak
Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Konsep keinginan kepada makna (the will
to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977).
Dalam psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan
psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi
bahwa kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan
merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl
bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu
termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang bermakna,
maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.
Makna
Hidup (The Meaning Of Life)
Makna yaitu suatu hal yang didapat dari
pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Makna
hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara
satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu,
yang penting bukan makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada suatu
saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan
tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan
hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan
unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).
Unsur Terapi
Munculnya gangguan / kecemasan
Saat individu tidak memiliki keinginan terhadap sesuatu
(apapun), karena keinginan akan mendorong setiap manusia untuk melakukan
berbagai kegiatan agar hidupnya di rasakan berarti dan berharga. Menurut Frankl
(2004) terdapat dua tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan, yaitu:
- Frustasi
eksistensial (exsistential frustration) atau disebut juga kehampaan
eksistensial (exsistetial vacuum)
Menurut Koesworo,1992, exsistential frustration adalah
fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam
memenuhi keinginan akan makna.
- Neurosis
noogenik (noogenic neuroses)
Yaitu suatu manifestasi khusus dari frustasi
eksistensial yang ditandai dengan simptomatologi neurotik klinis tertentu yang
tampak (Koesworo,1992). Frankl menggunakan istilah ini untuk membedakan dengan
keadaan neurosis somatogenik, yaitu neurosis yang berakar pada kondisi
fisiologis tertentu dan neurosis psikogenik yaitu neurosis yang bersumber pada
konflik-konflik psikologis
Tujuan terapi
a) Memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap
orang terlepas dari ras, keyakinan, dan agama yang dianutnya.
b) Menyadari
bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan diabaikan, bahkan
terlupakan.
c) Memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu
tegak kokoh menghadapi berbagai
kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang
lebih bermakna.
Peran terapis
Terapis memberikan sugesti-sugesti
terhadap klien, bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan
sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Teknik-teknik Terapi
Dalam logoterapi, klien
diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan makna
yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup tidak lagi kosong
jika sudah menemukan sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi
kita. Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis
yang detail. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
- Intensi paradoksal
Mampu menyelesaikan
lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi.
Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Contohnya:
A. Seorang pemuda yang selalu gugup ketika
bergaul.
B. Masalah tidur.
Menurut
Frankl, kalau menderita insomnia, seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata,
mengosongkan pikiran dan sebagainya. Seharusnya berusaha menjaganya selama
mungkin. Setelah itu baru merasakan adanya kekuatan yang mendorong untuk
melangkah ke kasur.
- De-refleksi.
Frankl percaya sebagian
besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terfokus pada individu.
Dengan mengalihkan perhatian dari individu dan mengarahkannya pada orang lain,
persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, mengalami
masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan tanpa memperdulikan kepuasan
individu atau cobalah tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga
diri pasangan.
Rational Emotive Theraphy (Ellis)
Menurut
Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” terapi
rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek
berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan
dimensi- dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
Selain
itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan
interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta
menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan
yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, terapi rasional emotif merupakan
terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak
rasional dan me nggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara
mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta
menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas keyakina-keyakinan yang
irasional.
1.
Konsep
dasar
Pandangan
pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah
laku individu, yaitu
Antecedent
event (A),
Merupakan segenap peristiwa luar
yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,
kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent
event bagi seseorang.
Belief (B)
Berupa keyakinan, pandangan,
nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan ada
dua macam, yaitu
- Keyakinan
yang rasional (rational belief atau rB)
Merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang
tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.
- Keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah,
tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional
consequence (C)
Merupakan konsekuensi emosional
sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan
emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini
bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara
dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Kerangka
pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Unsur-unsur terapi
Unsur pokok terapi
rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan duaproses yang
terpisah: pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih
dalam prakteknya kedua hal itu saling berkaitan. Emosi disebabkan dan
dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah
pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran
seseorang dapat menjadi emosi orang tersebut, dan merasakan sesuatu dalam
situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain,
pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.
Teknik-teknik terapi
Terapi rasional-emotif
menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
macam teknik yang dipakai dalam rasional-emotif:
Teknik-teknik Emotif
(afektif):
1) Assertive Training,
yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan perilaku
tertentu yang diinginkan.
2) Sosiodrama, yang
digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui
suatu suasana yang didramatisasikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya
sendiri secara lisan, tulisan, ataupun
melalui gerakan-gerakan dramatis.
3) Self Modeling, yakni
teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengan konselor untuk
menghilangkan perasaan atau perilaku
tertentu.
4) Imitasi, yakni teknik
yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu
dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik-teknik
Behavioristik:
1) Reinforcement
(penguatan), yakni teknik yang digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan
jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun punishment (hukuman).
2) Social Modeling
(pemodelan sosial), yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien.
3) Live Models (model
dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya
situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan
memecahkan masalah-masalah.
Teknik-teknik Kognitif:
Teknik-teknik konseling
atau terapi berdasarkan pendekatan kognitif memegang peranan utama dalam konseling rasional-emotif. Dengan
teknik ini klien didorong dan dimodifikasi
aspek kognitifnya agar dapat berpikir dengan cara yang rasional dan
logis sehingga klien dapat bertindak
atau berperilaku sesuai sistem nilai yg diharapkan baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Beberapa teknik
kognitif yang cukup dikenal adalah:
1) Home Work Assigments
(pemberian tugas rumah). Dalam teknik ini, klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan
diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
perilaku yang diharapkan. Teknik ini sebenarnya dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap bertanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan
untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien, serta mengurangi ketergantungan
kepada konselor atau terapis.
2) Assertive. Teknik
ini digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui; role playing (bermain
peran), rehearsal (latihan), dan social modeling (meniru model-model sosial). Maksud utama teknik Assertive Training
adalah untuk:
a)Mendorong kemampuan
klien mengekspresikan seluruh hal yang berhubungan dengan emosinya;
b)Membangkitkan
kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau
memusuhi hak asasi orang lain;
c)Mendorong kepercayaan
pada kemampuan diri sendiri; dan10d) Meningkatkan kemampuan untuk memilih
perilaku-perilaku assertive yang cocok untuk dirinya sendiri
Terapi Kelompok (Group
Theraphy)
Konsep Dasar
Terapi
kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap
manusia memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem
yang berbeda- beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani
suatu pemecahan masalah.
Unsur- Unsur Terapi
a.Munculnya gangguan
Terapi kelompok
digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapi individu.
Tujuan terapi
a)Meningkatkan
identitas diri
b)Menyalurkan emosi dna
membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
c)Meningkatkan
keterampilan hubungan sosial
d)Meningkatkan
kemampuan hidup mandiri
c.Peran terapis
Terapis harus memainkan
peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untukmencapai tujuan atau
harapannya.
Teknik Terapi
a.Melibatkan para anggotanya
untuk terbuka dan aktif
b.Terapis turut
membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang
dialaminya
c.Berfokus pada satu
topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.
Terapi Perilaku
Terapi
perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk
psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan
untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders,
phobias,dengan memakai tehnik yang didesain menguatkan kembali perilaku yang
diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Pada tahun 1920, Watson
dkk melakukan percobaan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi
(deconditioning) pada rasa takut yang merupakan cikal bakal terapi perilaku
formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov
terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan
memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bel sama dengan
makanan, yang kemudian dikenal juga dengan istilah “stimulus” dan “respon”.
Terapi perilaku pertama
kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden
Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu, termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans
Eysenck.
Secara umum, terapi
perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika
Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing
memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang
masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian,
lingkungan, dan perilaku.
Di Amerika Serikat
Skinner dkk. menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah
pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan
kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley
merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan
celeration) standar untuk memantau kemajuan klien.
Skinner secara pribadi
lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka
dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan
programmed instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia
dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk
mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.
Terapis behavioral
membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan.
Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian utama dari para terapis
sebagai kriteria pengukuran keberhasilan terapi. Manusia menurut pandangan ini
bukan hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar. Pada dasarnya, proses terapi merupakan suatu penataan proses atau
pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat me
mecahkan masalahnya. Terdapat beberapa teori dasar mengenai metode terapi
perilaku, yaitu :
a.Perilaku maladaptif
dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari
(learned).
b.Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dengan
penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning).
c.Untuk menguatkan
perilaku adalah dengan pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning).
Unsur terapi
Menurut Corey (2009),
tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap perilaku adalah dapat dipelajari
(learned), termasuk perilaku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik
learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang
lebih efektif bisa diperoleh. Terapi perilaku pada hakikatnya terdiri atas
proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
dan pemberian
pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang
layak, namun belum dipelajari. Berkaitan dengan penjelasan diatas secara
sederhana tujuan dari terapi perilaku adalah :
a. Meningkatkan
perilaku, yaitu reinforcement positif (memberi penghargaan terhadap perilaku)
dan reinforcement negatif (mengurangi stimulus aversi)
b.Mengurangi perilaku,
yaitu punishment (memberi stimulus aversi), respons cost (menghilangkan atau
menarik reinforcement), dan extinction (menahan reinforcerment)
Sedangkan, menurut
Latipun (2001) tujuan terapi perilaku adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami
perilaku somatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan
perilaku yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang, atau mengalami
konflik dengan lingkungan sosial.
Teknik Terapi Perilaku
a.Operant Conditioning
Tingkah laku operan
menjadi ciri organisme yang aktif yang beroperasi di lingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat, merupakan tingkah laku yang paling berarti dalam
kehidupan sehari-hari (misalnya, membaca, berbicara, berpakaian, makan,
bermain). Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka
probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang tinggi.
Prinsip perkuatan yang
menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola-pola tingkah laku
merupakan inti dari pengkondisian operan. Terdapat dua jenis reinforcement,
yaitu:
1) Positive
Reinforcement
Pembentukan suatu pola
tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah
laku yang diharapkan muncul, merupakan suatu cara yang ampuh untuk mengubah
tingkah laku. Biasanya suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku
tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi.
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
a)Memilih perilaku yang
akan ditingkatkan
Perilaku yang akan
dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk
memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku dan perubahan
frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku kemungkinan program reinforcement ini
dilakukan secara konsisten
b)Memilih reinforcer
Berbeda individu,
kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforcer yang
merupakan reinforcer bagi semua orang. Terdapat lima macam reinforcer yaitu :
Consumable reinforcer – makanan, minuman
Activity reinforcer –hobi, olahraga, belanja
Manipulative reinforcer – bersepeda,
menggunakan internet
Possesional reinforcer – gelas kesayangan,
baju favorit
Social reinforcer – pujian, pelukan, senyum
2)Negative
Reinforcement
Penguatan berdasarkan
prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dll)
Sumber
Basuki,
Heru A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Gerald, Corey. (2007). Teori dan Paktek
Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditam.
Suhesti. (2012). Bagaimana Konselor Sekolah
Bersikap?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
W.S. Winkel. (2007). Bimbingan dan Konseling
di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramed
Tugas
Logoterapi
Frankl
Konsep Dasar Pandangan Frankl Tentang
Perilaku Kepribadian
Pandangan
Frankl tentang kesehatan psikologis menekankan pentingnya kemauan akan arti.
Tentu saja ini merupakan kerangka, di dalamnya segala sesuatu yang lain diatur.
Frankl berpendapat manusia harus dapat
menemukan makna hidupnya sendiri dan setelah menemukan lalu mencoba untuk
memenuhinya. Bagi Frankl setiap kehidupan mempunyai makna, dan kehidupan itu
adalah suatu tugas yang harus dijalani. Mencari makna dalam hidup inilah
prinsip utama teori Frankl Logoterapi. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar,
yakni
Kebebasan
berkehendak (Freedom of Will)
Dalam
pandangan logoterapi, manusia adalah mahluk yang istimewa karena mempunyai
kebebasan. Kebebasan yang dimaksud dalam freedom of will seperti:
a) Kebebasan
yang bertanggungjawab.
b) Kebebasan
untuk mengambil sikap (freedom to take a stand) atas kondisi- kondisi tersebut.
c) Kebebasan
untuk menentukan sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Kehendak
Hidup Bermakna (The Will to Meaning)
Konsep keinginan kepada makna (the will
to meaning) inilah menjadi motivasi utama kepribadian manusia (Frankl, 1977).
Dalam psikoanalisa memandang manusia adalah pencari kesenangan. Pandangan
psikologi individual bahwa manusia adalah pencari kekuasaan. Menurut logoterapi
bahwa kesenangan merupakan efek dari pemenuhan makna, sedangkan kekuasaan
merupakan prasyarat bagi pemenuhan makna. Mengenal makna, menurut Frankl
bersifat menarik dan menawari bukannya mendorong. Karena sifatnya menarik maka individu
termotivasi untuk memenuhinya. Agar individu menjadi individu yang bermakna,
maka melakukan berbagai kegiatan yang syarat dengan makna.
Makna
Hidup (The Meaning Of Life)
Makna yaitu suatu hal yang didapat dari
pengalaman hidupnya baik dalam keadaan senang maupun dalam penderitaan. Makna
hidup dianggap identik dengan tujuan hidup. Makna hidup bisa berbeda antara
satu dengan yang lainya dan berbeda setiap hari, bahkan setiap jam. Karena itu,
yang penting bukan makna hidup, melainkan makna khusus dari hidup pada suatu
saat tertentu. Setiap individu memiliki pekerjaan dan misi untuk menyelesaikan
tugas khusus. Dalam kaitan dengan tugas tersebut dia tidak bisa digantikan dan
hidupnya tidak bisa diulang. Karena itu, manusia memiliki tugas yang unik dan kesempatan
unik untuk menyelesaikan tugasnya (Frankl, 2004).
Unsur Terapi
Munculnya gangguan / kecemasan
Saat individu tidak memiliki keinginan terhadap sesuatu
(apapun), karena keinginan akan mendorong setiap manusia untuk melakukan
berbagai kegiatan agar hidupnya di rasakan berarti dan berharga. Menurut Frankl
(2004) terdapat dua tahapan pada sindroma ketidakbermaknaan, yaitu:
- Frustasi
eksistensial (exsistential frustration) atau disebut juga kehampaan
eksistensial (exsistetial vacuum)
Menurut Koesworo,1992, exsistential frustration adalah
fenomena umum yang berkaitan dengan keterhambatan atau kegagalan individu dalam
memenuhi keinginan akan makna.
- Neurosis
noogenik (noogenic neuroses)
Yaitu suatu manifestasi khusus dari frustasi
eksistensial yang ditandai dengan simptomatologi neurotik klinis tertentu yang
tampak (Koesworo,1992). Frankl menggunakan istilah ini untuk membedakan dengan
keadaan neurosis somatogenik, yaitu neurosis yang berakar pada kondisi
fisiologis tertentu dan neurosis psikogenik yaitu neurosis yang bersumber pada
konflik-konflik psikologis
Tujuan terapi
a) Memahami
adanya potensi dan sumber daya rohaniah yang secara universal ada pada setiap
orang terlepas dari ras, keyakinan, dan agama yang dianutnya.
b) Menyadari
bahwa sumber-sumber dan potensi itu sering ditekan, terhambat, dan diabaikan, bahkan
terlupakan.
c) Memanfaatkan
daya-daya tersebut untuk bangkit kembali dari penderitaan untuk mampu
tegak kokoh menghadapi berbagai
kendala, dan secara sadar mengembangkan diri untuk meraih kualitas hidup yang
lebih bermakna.
Peran terapis
Terapis memberikan sugesti-sugesti
terhadap klien, bahwa setiap manusia mempunyai kebebasan untuk menentukan
sendiri apa yang dianggap penting dalam hidupnya.
Teknik-teknik Terapi
Dalam logoterapi, klien
diajarkan bahwa setiap kehidupan dirinya mempunyai maksud, tujuan, dan makna
yang harus diupayakan untuk ditemukan dan dipenuhi. Hidup tidak lagi kosong
jika sudah menemukan sebab dan sesuatu yang dapat mendedikasikan eksistensi
kita. Victor Frankl dikenal sebagai terapis yang memiliki pendekatan klinis
yang detail. Teknik-teknik yang digunakan antara lain:
- Intensi paradoksal
Mampu menyelesaikan
lingkaran neurotis yang disebabkan kecemasan anti sipatori dan hiper-intensi.
Intensi paradoksal adalah keinginan terhadap sesuatu yang ditakuti.
Contohnya:
A. Seorang pemuda yang selalu gugup ketika
bergaul.
B. Masalah tidur.
Menurut
Frankl, kalau menderita insomnia, seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata,
mengosongkan pikiran dan sebagainya. Seharusnya berusaha menjaganya selama
mungkin. Setelah itu baru merasakan adanya kekuatan yang mendorong untuk
melangkah ke kasur.
- De-refleksi.
Frankl percaya sebagian
besar persoalan kejiwaan berawal dari perhatian yang terfokus pada individu.
Dengan mengalihkan perhatian dari individu dan mengarahkannya pada orang lain,
persoalan-persoalan itu akan hilang dengan sendirinya. Misalnya, mengalami
masalah seksual, cobalah memuaskan pasangan tanpa memperdulikan kepuasan
individu atau cobalah tidak memuaskan siapa saja, tidak diri anda, tidak juga
diri pasangan.
Rational Emotive Theraphy (Ellis)
Menurut
Gerald Corey dalam bukunya “Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi” terapi
rasional emotif behaviour adalah pemecahan masalah yang fokus pada aspek
berpikir, menilai, memutuskan, direktif tanpa lebih banyak berurusan dengan
dimensi- dimensi pikiran ketimbang dengan dimensi-dimensi perasaan.
Selain
itu menurut W.S. Winkel dalam bukunya “Bimbingan dan Konseling di Institusi
Pendidikan adalah pendekatan konseling yang menekankan kebersamaan dan
interaksi antara berpikir dengan akal sehat, berperasaan dan berperilaku, serta
menekankan pada perubahan yang mendalam dalam cara berpikir dan berperasaan
yang berakibat pada perubahan perasaan dan perilaku.
Dari
beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, terapi rasional emotif merupakan
terapi yang berusaha menghilangkan cara berpikir klien yang tidak logis, tidak
rasional dan me nggantinya dengan sesuatu yang logis dan rasional dengan cara
mengonfrontasikan klien dengan keyakinan-keyakinan irasionalnya serta
menyerang, menentang, mempertanyakan, dan membahas keyakina-keyakinan yang
irasional.
1.
Konsep
dasar
Pandangan
pendekatan rasional emotif tentang kepribadian dapat dikaji dari
konsep-konsep kunci teori Albert Ellis : ada tiga pilar yang membangun tingkah
laku individu, yaitu
Antecedent
event (A),
Merupakan segenap peristiwa luar
yang dialami atau memapar individu. Peristiwa pendahulu yang berupa fakta,
kejadian, tingkah laku, atau sikap orang lain. Perceraian suatu keluarga,
kelulusan bagi siswa, dan seleksi masuk bagi calon karyawan merupakan antecendent
event bagi seseorang.
Belief (B)
Berupa keyakinan, pandangan,
nilai, atau verbalisasi diri individu terhadap suatu peristiwa. Keyakinan ada
dua macam, yaitu
- Keyakinan
yang rasional (rational belief atau rB)
Merupakan cara berpikir atau system keyakinan yang
tepat, masuk akal, bijaksana, dan kerana itu menjadi prosuktif.
- Keyakinan
yang tidak rasional (irrasional belief atau iB).
Keyakinan ayau system berpikir seseorang yang salah,
tidak masuk akal, emosional, dan keran itu tidak produktif.
Emotional
consequence (C)
Merupakan konsekuensi emosional
sebagai akibat atau reaksi individu dalam bentuk perasaan senang atau hambatan
emosi dalam hubungannya dengan antecendent event (A). Konsekuensi emosional ini
bukan akibat langsung dari A tetapi disebabkan oleh beberapa variable antara
dalam bentuk keyakinan (B) baik yang rB maupun yang iB.
Kerangka
pilar ini yang kemudian dikenal dengan konsep atau teori ABC.
Unsur-unsur terapi
Unsur pokok terapi
rasional-emotif adalah asumsi bahwa berpikir dan emosi bukan duaproses yang
terpisah: pikiran dan emosi merupakan dua hal yang saling bertumpang tindih
dalam prakteknya kedua hal itu saling berkaitan. Emosi disebabkan dan
dikendalikan oleh pikiran. Emosi adalah
pikiran yang dialihkan dan diprasangkakan sebagai suatu proses sikap dan kognitif yang intristik. Pikiran-pikiran
seseorang dapat menjadi emosi orang tersebut, dan merasakan sesuatu dalam
situasi tertentu dapat menjadi pemikiran seseorang. Atau dengan kata lain,
pikiran mempengaruhi emosi dan sebaliknya emosi mempengaruhi pikiran.
Teknik-teknik terapi
Terapi rasional-emotif
menggunakan berbagai teknik yang bersifat kognitif, afektif, dan behavioral yang disesuaikan dengan kondisi
klien. Berikut ini akan dikemukakan beberapa
macam teknik yang dipakai dalam rasional-emotif:
Teknik-teknik Emotif
(afektif):
1) Assertive Training,
yaitu teknik yang digunakan untuk melatih, mendorong dan membiasakan klien untuk secara terus-menerus
menyesuaikan dirinya dengan perilaku
tertentu yang diinginkan.
2) Sosiodrama, yang
digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan-perasaan negatif) melalui
suatu suasana yang didramatisasikan
sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinya
sendiri secara lisan, tulisan, ataupun
melalui gerakan-gerakan dramatis.
3) Self Modeling, yakni
teknik yang digunakan untuk meminta klien agar “berjanji” atau mengadakan “komitmen” dengan konselor untuk
menghilangkan perasaan atau perilaku
tertentu.
4) Imitasi, yakni teknik
yang digunakan di mana klien diminta untuk menirukan secara terus menerus suatu model perilaku tertentu
dengan maksud menghadapi dan
menghilangkan perilakunya sendiri yang negatif.
Teknik-teknik
Behavioristik:
1) Reinforcement
(penguatan), yakni teknik yang digunakan untuk mendorong klien ke arah perilaku yang lebih rasional dan logis dengan
jalan memberikan pujian verbal (reward)
ataupun punishment (hukuman).
2) Social Modeling
(pemodelan sosial), yakni teknik yang digunakan untuk memberikan perilaku-perilaku baru pada klien.
3) Live Models (model
dari kehidupan nyata), yang digunakan untuk menggambarkan perilaku-perilaku tertentu, khususnya
situasi-situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial, interaksi dengan
memecahkan masalah-masalah.
Teknik-teknik Kognitif:
Teknik-teknik konseling
atau terapi berdasarkan pendekatan kognitif memegang peranan utama dalam konseling rasional-emotif. Dengan
teknik ini klien didorong dan dimodifikasi
aspek kognitifnya agar dapat berpikir dengan cara yang rasional dan
logis sehingga klien dapat bertindak
atau berperilaku sesuai sistem nilai yg diharapkan baik terhadap dirinya
sendiri maupun terhadap lingkungannya.
Beberapa teknik
kognitif yang cukup dikenal adalah:
1) Home Work Assigments
(pemberian tugas rumah). Dalam teknik ini, klien diberikan tugas-tugas rumah untuk melatih, membiasakan
diri serta menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola
perilaku yang diharapkan. Teknik ini sebenarnya dimaksudkan untuk membina dan mengembangkan
sikap-sikap bertanggung jawab, kepercayaan pada diri sendiri serta kemampuan
untuk pengarahan diri, pengelolaan diri klien, serta mengurangi ketergantungan
kepada konselor atau terapis.
2) Assertive. Teknik
ini digunakan untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan
perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan melalui; role playing (bermain
peran), rehearsal (latihan), dan social modeling (meniru model-model sosial). Maksud utama teknik Assertive Training
adalah untuk:
a)Mendorong kemampuan
klien mengekspresikan seluruh hal yang berhubungan dengan emosinya;
b)Membangkitkan
kemampuan klien dalam mengungkapkan hak asasinya sendiri tanpa menolak atau
memusuhi hak asasi orang lain;
c)Mendorong kepercayaan
pada kemampuan diri sendiri; dan10d) Meningkatkan kemampuan untuk memilih
perilaku-perilaku assertive yang cocok untuk dirinya sendiri
Terapi Kelompok (Group
Theraphy)
Konsep Dasar
Terapi
kelompok memandang bahwa manusia itu makhluk yang unik, dan dinamis, setiap
manusia memiliki karakteristik yang berbeda. Setiap manusia memiliki problem
yang berbeda- beda, oleh karena itulah setiap orang tidak sama dalam menangani
suatu pemecahan masalah.
Unsur- Unsur Terapi
a.Munculnya gangguan
Terapi kelompok
digunakan ketika klien tidak berhasil dalam penanganan secara terapi individu.
Tujuan terapi
a)Meningkatkan
identitas diri
b)Menyalurkan emosi dna
membagi perasaan antar sesama didalam kelompok terapis
c)Meningkatkan
keterampilan hubungan sosial
d)Meningkatkan
kemampuan hidup mandiri
c.Peran terapis
Terapis harus memainkan
peranan yang aktif dalam mendorong kelompok untukmencapai tujuan atau
harapannya.
Teknik Terapi
a.Melibatkan para anggotanya
untuk terbuka dan aktif
b.Terapis turut
membantu klien untuk melepaskan segala kecanggungannya, agar lebih bisa terbuka dan menceritakan masalah yang
dialaminya
c.Berfokus pada satu
topik permasalahan yang hendak diselesaikan pertama kali.
Terapi Perilaku
Terapi
perilaku (Behaviour therapy, behavior modification) adalah pendekatan untuk
psikoterapi yang didasari oleh Teori Belajar (learning theory) yang bertujuan
untuk menyembuhkan psikopatologi seperti; depression, anxiety disorders,
phobias,dengan memakai tehnik yang didesain menguatkan kembali perilaku yang
diinginkan dan menghilangkan perilaku yang tidak diinginkan.
Pada tahun 1920, Watson
dkk melakukan percobaan pengkondisian (conditioning) dan pelepasan kondisi
(deconditioning) pada rasa takut yang merupakan cikal bakal terapi perilaku
formal. Pada tahun 1927, Ivan Pavlov
terkenal dengan percobaannya pada anjing dengan
memakai suara bell untuk mengkondisikan anjing bahwa bel sama dengan
makanan, yang kemudian dikenal juga dengan istilah “stimulus” dan “respon”.
Terapi perilaku pertama
kali ditemukan pada tahun 1953 dalam proyek penelitian oleh BF Skinner, Ogden
Lindsley, dan Harry C. Salomo. Selain itu, termasuk juga Wolpe Yusuf dan Hans
Eysenck.
Secara umum, terapi
perilaku berasal dari tiga Negara, yaitu Afrika Selatan (Wolpe), Amerika
Serikat (Skinner), dan Inggris (Rachman dan Eysenck) yang masing-masing
memiliki pendekatan berbeda dalam melihat masalah perilaku. Eysenck memandang
masalah perilaku sebagai interaksi antara karakteristik kepribadian,
lingkungan, dan perilaku.
Di Amerika Serikat
Skinner dkk. menekankan pada operant conditioning yang menciptakan sebuah
pendekatan fungsional untuk penilaian dan intervensi berfokus pada pengelolaan
kontingensi seperti ekonomi dan aktivasi perilaku.
Ogden Lindsley
merumuskan precision teaching, yang mengembangkan program grafik (bagan
celeration) standar untuk memantau kemajuan klien.
Skinner secara pribadi
lebih tertarik pada program-program untuk meningkatkan pembelajaran pada mereka
dengan atau tanpa cacat dan bekerja dengan Fred S. Keller untuk mengembangkan
programmed instruction. Program ini dicoba ke dalam pusat rehabilitasi Aphasia
dan berhasil. Gerald Patterson menggunakan program yang sama untuk
mengembangkan teks untuk mengasuh anak-anak dengan masalah perilaku.
Terapis behavioral
membatasi perilaku sebagai fungsi interaksi antara pembawaan dengan lingkungan.
Perilaku yang dapat diamati merupakan suatu kepedulian utama dari para terapis
sebagai kriteria pengukuran keberhasilan terapi. Manusia menurut pandangan ini
bukan hasil dari dorongan tidak sadar seperti yang dikemukakan oleh Sigmund
Freud. Dalam konsep behavioral, perilaku manusia merupakan hasil belajar,
sehingga dapat diubah dengan memanipulasi dan mengkreasi kondisi-kondisi
belajar. Pada dasarnya, proses terapi merupakan suatu penataan proses atau
pengalaman belajar untuk membantu individu mengubah perilakunya agar dapat me
mecahkan masalahnya. Terdapat beberapa teori dasar mengenai metode terapi
perilaku, yaitu :
a.Perilaku maladaptif
dan kecemasan persisten telah dibiasakan (conditioned) atau dipelajari
(learned).
b.Terapi untuk perilaku maladaptif adalah dengan
penghilangan kebiasaan (deconditioning) atau ditinggalkan (unlearning).
c.Untuk menguatkan
perilaku adalah dengan pembiasaan perilaku (operant and clasical conditioning).
Unsur terapi
Menurut Corey (2009),
tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kondisi-kondisi baru bagi proses
belajar. Dasar alasannya ialah bahwa segenap perilaku adalah dapat dipelajari
(learned), termasuk perilaku yang maladaptif. Jika tingkah laku neurotik
learned, maka ia bisa unlearned (dihapus dari ingatan), dan tingkah laku yang
lebih efektif bisa diperoleh. Terapi perilaku pada hakikatnya terdiri atas
proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif
dan pemberian
pengalaman-pengalaman belajar yang di dalamnya terdapat respons-respons yang
layak, namun belum dipelajari. Berkaitan dengan penjelasan diatas secara
sederhana tujuan dari terapi perilaku adalah :
a. Meningkatkan
perilaku, yaitu reinforcement positif (memberi penghargaan terhadap perilaku)
dan reinforcement negatif (mengurangi stimulus aversi)
b.Mengurangi perilaku,
yaitu punishment (memberi stimulus aversi), respons cost (menghilangkan atau
menarik reinforcement), dan extinction (menahan reinforcerment)
Sedangkan, menurut
Latipun (2001) tujuan terapi perilaku adalah mencapai kehidupan tanpa mengalami
perilaku somatik, yaitu kehidupan tanpa mengalami kesulitan atau hambatan
perilaku yang dapat membuat ketidakpuasan dalam jangka panjang, atau mengalami
konflik dengan lingkungan sosial.
Teknik Terapi Perilaku
a.Operant Conditioning
Tingkah laku operan
menjadi ciri organisme yang aktif yang beroperasi di lingkungan untuk
menghasilkan akibat-akibat, merupakan tingkah laku yang paling berarti dalam
kehidupan sehari-hari (misalnya, membaca, berbicara, berpakaian, makan,
bermain). Menurut Skinner (1971) jika suatu tingkah laku diganjar maka
probabilitas kemunculan kembali tingkah laku tersebut dimasa mendatang tinggi.
Prinsip perkuatan yang
menerangkan pembentukan, pemeliharaan, atau penghapusan pola-pola tingkah laku
merupakan inti dari pengkondisian operan. Terdapat dua jenis reinforcement,
yaitu:
1) Positive
Reinforcement
Pembentukan suatu pola
tingkah laku dengan memberikan ganjaran atau perkuatan segera setelah tingkah
laku yang diharapkan muncul, merupakan suatu cara yang ampuh untuk mengubah
tingkah laku. Biasanya suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku
tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi.
Ada beberapa faktor
yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
a)Memilih perilaku yang
akan ditingkatkan
Perilaku yang akan
dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk
memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku dan perubahan
frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku kemungkinan program reinforcement ini
dilakukan secara konsisten
b)Memilih reinforcer
Berbeda individu,
kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforcer yang
merupakan reinforcer bagi semua orang. Terdapat lima macam reinforcer yaitu :
Consumable reinforcer – makanan, minuman
Activity reinforcer –hobi, olahraga, belanja
Manipulative reinforcer – bersepeda,
menggunakan internet
Possesional reinforcer – gelas kesayangan,
baju favorit
Social reinforcer – pujian, pelukan, senyum
2)Negative
Reinforcement
Penguatan berdasarkan
prinsip bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan
stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif
antara lain: menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan
atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka
kecewa dll)
Sumber
Basuki,
Heru A.M. 2008. Psikologi Umum. Jakarta : Universitas Gunadarma
Gunarsa, Singgih. D. (1996). Konseling dan Psikoterapi.
Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia.
Gerald, Corey. (2007). Teori dan Paktek
Konseling & Psikoterapi. Bandung: PT Refika Aditam.
Suhesti. (2012). Bagaimana Konselor Sekolah
Bersikap?. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
W.S. Winkel. (2007). Bimbingan dan Konseling
di Institusi Pendidikan. Jakarta: PT. Gramed